Bercerita sambil berbagi pengetahuan, Pengalaman dan hal manfaat lainnya

Ketika Ibu Sakit Hati II

BM Cerita - Ibu adalah makhluk mulia yang disebut oleh Nabi Agung Muhammad SAW 3x dalam sebuah haditsnya tatkala ada seorang sahabat bertanya pasal siapa yang harus dihargai didunia ini baru setelah itu Ayah. Ketika Ibu Sakit Hati, seperti yang sudah pernah disinggung dikisah sebelumnya, kali ini ada lagi yang intinya sama–sama menceritakan tentang kekecawaan dan rasa sakit hati seorang ibu terhadap anaknya. Namun agak sedikit berbeda alur kisahnya, cuma sama dalam endingnya akhirnya si ibu memaafkan. Orang jawa mengatakan “melase wong tuo kaleh larene sak klopo melase anak kaleh tiang sepahe sak upo” artinya “kasih sayang orang tua kepada anaknya sebesar kelapa kasih sayang seoarang anak terhadap orang tuanya sebesar satu biji nasi “ sangat jauh perbandingannya.

Ketika Ibu Sakit Hati II

Cerita ini terjadi di zaman Rasulullah, jadi sangat beruntung sekali beliau yang masih ada kekasih Allah yang bisa langsung menangani apa yang terjadi. Coba jika terjadi di zaman sekarang apa yang bisa kita lakukan melihat kejadian tersebut. Sobat penasaran dengan ceritanya ? mari kita simak bersama.


Alkisah dizaman Rasulullah ada seorang sahabat yang bernama Alqomah, beliau adalah sahabat Rasul yang ahli ibadah. Apalagi cuma shalat 5 waktu, yang sunnah–sunnah pun beliau lakukan, ahli shalat malam, shalat dluha, baca al qur’an, dll. Kalau dilihat secara amal, beliau adalah orang yang baik, orang yang taat beragama. Namun tetap saja tak ada gading yang tak retak, seseorang punya kelebihan namun terkadang ada kekurangannya juga.


Beliau, sahabat Alqomah suatu ketika diuji Allah melalui ibu dan istrinya. Suatu ketika istri sahabat Alqomah ke rumah mertuanya yang tak lain adalah ibu kandung sahabat Alqomah. Di rumah mertua, istri sahabat Alqomah ikut bantu memasak, namun karena mungkin sedang lupa atau gimana, lupa memasukan garam kebanyakan ke dalam sayur sehingga sayur menjadi super asin. Saat makan pun tiba-tiba ibu dan menantu makan bareng, ketika sedang makan ibu mertua memuntahkan makanan yang sedang dimakan seraya berkata “kamu mau meracuniku dengan makanan seasin ini ?” menantu yang merasa tidak bersalah langsung pulang dan mengadukan hal tersebut kepada suaminya.


Celakanya Sahabat Alqomah tidak menimbang –nimbang dulu apa yang diadukan istrinya, namun langsung datang kerumah ibunya serta memaki – maki ibunya. Ibu mana yang tak sakit hatinya ketika anak yang dulu dikandung sembilan bulan, dilahirkan, disusui serta diasuh dengan penuh kasih sayang kini berani memaki – maki ibunya. Dalam hati ibu Sahabat Alqomah menangis dan terucap kata engkau tak akan mudah ketika akan dicabut nyawanya.


Suatu ketika Sahabat Alqomah jatuh sakit, dari hari kehari semakin parah sakitnya hingga ajal hampir merenggut nyawanya. Namun yang terjadi sungguh membingungkan siapapun yang melihatnya pasti tak akan tega. Ibarat pepatah mengatakan “hidup enggap mati tak mau” begitulah keadaan sahabat Alqomah. Nyawa sudah sampai tenggokan namun tak bisa keluar seperti orang bersendawa/cegukan terus menerus.


Berita tersebut terdengar sampai Rosulullah, rosulullah pun menjenguk sahabat Alqomah dan ingin memastikan apa yang sebenarnya menimpa sahabat Alqomah. Melihat apa yang terjadi rosulullah bertanya kepada para isti Alqomah “apakah ibunda Alqomah masih hidup ?” istri Alqomah menjawan “masih Ya Rosulullah”. Rosulullah mengutus dua orang sahabatnya untuk menjemput ibu Alqomah.


Ketika sampai dirumah ibu Alqomah didapatinya seorang perempuan tua renta Ia lah Ibu Alqomah dan dua sahabat mengabarkan apa yang sedang dialami anaknya. Ibu berkata “biarkan saja anakku merasakan apa yang seharusnya ia rasakan, demi istrinya dia berani sama ibunya. Kembalilah dan sampaikan kepada rosulullah bahwa Aku tak akan datang”. Dua sahabat kembali dan mengabarkan apa yang dituturkan ibu Alqomah kepada Rosulullah.


Sekali lagi Rosulullah mengutus sahabatnya untuk menjemput ibu Aqomah, namun jawaban ibu tetap sama seperti yang pertama. Kemudian Rosulullah menyuruh para sahabatnya untuk mencari kayu bakar guna untuk membakar sahabat Alqomah dan ketiga kalinya mengutus sahabat untuk menjemput ibu Alqomah seraya rosulullah berpesan “katakan kepada ibu Alqomah kalau tidak mau datang rosulullah yang akan datang menjemputnya dan anaknya akan dibakar hidup – hidup”.


Mendengar apa yang disampaikan oleh para sahabat ibu Alqomah tersentuh hatinya dan langsung menangis mencari tongkatnya segera ikut sahabat utusan rosulullah. Sesampainya ditempat Alqomah ibu langsung menangis dan memohon kepada Rosulullah untuk tidak membakar anaknya serta telah memaafkan salah Alqomah yang dulu perna dilakukan terhadap ibunya. Tidak berselang lama akhirnya Sahabat Alqomah mampu mengucapkan kalimat toyyibah dan menghembuskan nafas terakhirnya.


Begitu luas rasa sayang seorang ibu, betatapun Ia disakiti tetap mampu meluapakan kesalahan anaknya dan memaafkannya. Itulah ibu kasih sayangnya yang ikhlas mengalahkan ego yang ada. Semoga saja kisah ini senantiasa mengingatkan kita akan bahayanya berani sama orang tua. Jangan sakiti badan maupun hatinya.


Labels: Renungan

Thanks for reading Ketika Ibu Sakit Hati II. Please share...!

0 Comment for "Ketika Ibu Sakit Hati II"

Back To Top