BM Cerita - Istilah Jawa mengatakan "Wong Tuo Melase anak Sak Kelopo, Anak Melase wong tuo Sak Upo" artinya Kasih sayang orang tua sebesar kelapa sedangkan kasih sayang anak kepada orang tua sebesar sebiji nasi, sangat jauh sekali perbandingan kasih sayang keduanya. Buah kelapa jika dibandingkan dengan sebiji nasi sangatlah jauh sahabat. Ibu sangat berjasa bagi kehidupan manusia, susah dan payah di tanggungnya sejak mengandung, melahirkan, menyusui dan merawat anaknya sejak kecil hingga dewasa bahkan ada yang smpai tua masih dirawawat ibu. Itulah ibu kasih sayangnya sepanjang masa, ada istilah mengatakan “kasih ibu sepanjang jalan kasih anak sepanjang galang” sangat jauh perbandingannya antara panjang jalan dan panjang galang (jalan setapak di sawah).
Maka pantaslah Ketika Ibu sakit hati Allah pun pasti murka dan akan mengabulkan apa yang ibu kehendaki sekalipun hanya diucapkan dalam hati. Maka dari itu hendaklah kita berhati – hati dalam bertutur kata dan dalam perilaku kita terhadap orang tua kita terutama ibu.
Berakaitan dengan sakit hatinya seorang ibu ada sebuah cerita yang dapat kita renungkan andai hal tersebut kita yang melakukanya.
Alkisah ada seorang wali Allah bernama wali Jured ada yang menyebut Juraid atau Jurais. Beliau adalah seorang wali yang disegani dikampungnya, banyak orang minta pemecahan masalah kepada beliau, ahli ibadah sudah tentu.
Kegiatannya setiap hari beribadah dimusholanya, sahalat sunnah baca alqur’an mengajar ngaji dan lain sebagainya. Hingga suatu hari wali jured sedang shalat sunnah ibunya memanggilnya sampai tiga kali, dalam hati sang wali bingung apa yang harus dilakukannya, menjawab panggilan ibu atau meneruskan shalatnya, akhirnya beliaupun memilih meneruskan shalatnya.
Ibu yang merasa kecewa dengan anaknya sakit hati, tidak tahu kalau ternyata sang anak sedang shalat. Namun nasi sudah jadi bubur ibu sudah terlanjur kecewa hingga dalam hati berkata “Ya Allah jangan Engkau cabut nyawa anakku sebelum diuji dengan fitnah atasnya”.
Ternyata didesa tersebut ada yang kurang suka dengan wali Jured, Ia berniat ingin menfitnah wali jured dengan cara menuduhnya berzina dengan seorang wanita tuna susila (WTS). Mula penfitnah menyuruh seorang WTS datang kemushola wali jured untuk menggodanya, agar dilihat oleh warga kalau wali Jured pernah bersama si WTS. Namun wali jured yang kuat imannya menolak dan mengusir WTS tersebut. WTS yang merasa sangat kesal engan Wali Jured berjanji akan menfitnah nya dengan kejam.
Akhirnya si WTS berjalan mengikuti langkah kakinya, tak terasa sampai di sebuah tepian sungai dekat persawahan Ia melihat orang yang sedang Angon bebek. Didekatinya orang tersebut kemudia dirayunya dan akhirnya berguling bebas diatas lumpur (maklum kan kejadianya disungai, kalo dilaut pastinya berguling bebas diatas pasir)
Beberapa bulan kemudian setelah perut WTS mulai membuncit dan makin membesar Ia pun datang kembali kemushola wali Jured, mulailah Ia kembali meluncurkan rudal – rudal fitnah kepada sang wali. Warga yang merasa kecewa terhadap sang wali tanpa pikir panjang langsung beramai – ramai menghancurkan mushola wali Jured.
Warga yang marah menggiring wali Jured dan WTS ketanah lapang untuk menghakiminya dengan hukuman bagi pezina yaitu diranjam sampai mati. Di tengah perjalanan sang wali memohon petunjuk kepada Allah tentang perihal yang sedang dialaminya. Allah pun memberi petunjuk bahwa rasa sakit hati ibunya lah yang menyebabkan fitnah tersebut.
Wali Jured meminta waktu kepada para warga untuk ditangguhkan hukumannya, Beliau ingin membuktikan bahwa Beliau tidak bersalah. Datanglah sang wali kepada ibunya untuk meminta maaf atas apa yang telah diperbuatnya. Setelah sang ibu memaafkan Allahpun memberi petunjuk agar sang wali menunggu si jabang bayi lahir untuk memberikan kesaksian atas apa yang telah menimpanya.
Wali Juredpun mengumpulkan para warga dan memberitahu apa yang akan dilakukannya. Beliau meminta kepada warga untuk bersabar seraya menunggu si jabang bayi lahir, Beliau hendak membuktikan kalau Beliau tidak bersalah. Wargapun memberi kelonggaran waktu pada sang wali untuk membuktikan kebenarannya.
Hari yang ditunggu – tunggupun tiba, jabang bayi lahir. Wargapun dikumpulkan kembali, setelah semua warga berkumpul sang walipun bertanya kepada si bayi “wahai bayi siapakah ayah kamu, ceritakanlah kepada warga yang terjadi sebenarnya” dengan idzin Allah bayi pun menjawab “Wahai Wali Allah, sungguh engkau tidak bersalah. Ibuku yang telah berzina dengan seorang tukang angon bebek ditepi sungai hingga mengandung diriku”.
Para warga yang mendengar penuturan si bayi akhirnya meminta maaf kepada sang wali. Kini kebenaran telah terungkap, para warga akhirnya bergotong royong untuk membuatkan kembali mushola sang wali yang telah dirusaknya.
Itulah kisah yang sangat perlu kita renungkan, betapa ngerinya jika seorang ibu telah sakit hati. Padahal yang dilakukan Wali Jured adalah shalat sunnah beribadah kepada Allah. Namun Allah tetap mengabulkan doa ibu walaupun secara lahir wali Jured dalam keadaan ibadah kepada Allah.
Simak Artikel lainnya Kacang Lupa Kulitnya
Labels:
Renungan
Thanks for reading Ketika Ibu Sakit Hati. Please share...!
0 Comment for "Ketika Ibu Sakit Hati"